Oleh
: Ust.Mukhlis Abu Dzar
Harapan dan cita cita
tertinggi setiap insan setelah berakhirnya masa kehidupan di dunia ini adalah
mendapatkan rahmat Alloh berupa surga yang penuh dengan kenikmatan dan
kesenangan.Oleh karena itu, mereka dituntut untuk saling berlomba didalam
melakukan ketaatan dan amal kebaikan serta menumpuk pahala sebanyak-banyaknya
semasa hidup mereka didunia, lantaran
hal itu merupakan salah satu sebab masuknya seorang hamba ke dalam surga.Namun
perlu untuk kita ketahui bersama, bahwasanya tidak semua amalan yang dilakukan
oleh seorang hamba diterima di sisi Alloh.Ada beberapa syarat tertentu yang
harus dipenuhi oleh seorang hamba agar amal ibadah yang dia lakukan bernilai
pahala dan tidak ditolak oleh Alloh.
Tidak dibenarkan bagi seorangpun untuk
melakukan amal ibadah hanya bermodalkan semangat dan kemauan yang keras saja tanpa
didasari dengan ilmu, sehingga pada akhirnya nanti dia hanya mendapatkan rasa
letih dan lelah tanpa memperoleh balasan dari Alloh.Dengan demikian, mengetahui
perkara diterima dan ditolaknya amalan disisi Alloh adalah suatu hal yang teramat
penting bagi kita semua, sehingga kita tidak termasuk kedalam golongan orang-
orang yang merugi diakhirat kelak.Untuk itu, simaklah pembahasan berikut ini
!!.
PENGERTIAN IBADAH
Secara bahasa ibadah bermakna: اَلطََّاعَةُ yaitu ketaatan. Berkata az-Zujaj:”makna ibadah
secara bahasa adalah ketaatan yang disertai dengan kepatuhan”.(lihat, lisanul
Arob: 3/272). Syaikh Sholeh al-Fauzan menjelaskan bahwa asal ibadah itu adalah اَلتَّذَلُّلُ وَ الْخُضُوْعُ yaitu ketundukan dan kepatuhan.
Adapun menurut istilah
syara’ (syari’at), ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang
dicintai dan diridhoi oleh Alloh, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang lahir
maupun yang batin.Seperti: mencintai Alloh dan rosul-Nya, khouf (takut) kepada
Alloh, tawakkal (berserah diri) kepada-Nya, memohon kepada-Nya, sholat, zakat,
berbakti kepada kedua orang tua, berdzikir kepada Alloh, jihad melawan
orang-orang kafir, munafiq dan sebagainya.
Ibadah berarti juga mentaati Alloh dengan melaksanakan
segala apa yang diperintahkan-Nya melalui lisan para rosul-Nya. Dan masih
banyak lagi pengertian yang lainnya.Namun pengertian yang telah kami kemukakan
pertama kali tadi adalah pengertian yang paling bagus karena lebih mencakup dan
menyeluruh. (lihat, Fathul Majid: 26, Aqidatu at-Tauhid:52, dan yang lainnya)
CAKUPAN MAKNA IBADAH
Wahai saudaraku, sesungguhnya ibadah itu
banyak macamnya.Ia mencakup semua bentuk ketaatan, seperti membaca al-Qur’an,
bertasbih, bertakbir, berbuat baik kepada sanak kerabat, anak-anak yatim, dan
orang-orang fakir, jujur, amanah (dapat
dipercaya), serta kata-kata baik.
Ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang
mukmin jika diniatkan qurbah (mendekatkan diri) kepada Alloh.Bahkan jika salah
seorang diantara kita makan, minum, atau tidur dengan niat agar lebih kuat
dalam ketaatan kepada Alloh, niscaya hal itu akan diberi pahala pula.Karena
itu, ibadah tidaklah terbatas hanya pada syi’ar-syi’ar yang dikenal saja,
seperti sholat, zakat, puasa, haji dan sebagainya.(lihat, Aqidatu at-Tauhid:
53)
KAPAN IBADAH ITU DITERIMA DISISI ALLOH ?
Ketahuilah wahai saudaraku seiman, bahwa Alloh tidak akan menerima
suatu amalanpun yang dilakukan oleh seorang hamba selagi hamba tersebut belum
merealisasikan (mewujudkan) beberapa syarat berikut:
1.Beriman kepada Alloh dan mentauhidkan-Nya
Syarat yang pertama ini
merupakan syarat bagi pelaku amalan, dimana dia harus seorang yang mukmin,
beriman kepada Alloh dan mentauhidkan-Nya.Iman di sini tentunya juga meliputi iman
kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rosulnya, hari akhir, dan iman
kepada takdir, serta seluruh apa yang diberitakan oleh Alloh dan rosul-Nya.
Wahai saudaraku, sungguh Alloh didalam banyak
ayat-Nya telah mensyaratkan iman unuk diterimanya dan dibalasnya amal sholih
seorang hamba.
Alloh berfirman:
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا
يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan Sesungguhnya akan kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan”.(QS.an-Nahl [16]: 97)
Dan juga firma-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا
“Sesunggunya mereka yang beriman dan
beramal saleh, tentulah kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik”.(QS.al-Kahfi [18]: 30)
Adapun orang-orang yang tidak
beriman maka amalan kebaikannya tertolak.Sebagaimana firman Alloh:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا
أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا
جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ
وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Dan
orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya
air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Alloh
disisinya, lalu Alloh memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup
dan Alloh adalah sangat cepat perhitungan-Nya”.(QS.an-Nur [24]: 39)
Dan juga firman-Nya:
وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا
عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“Dan kami
hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan)
debu yang berterbangan”.(QS.al-Furqon
[25]: 23)
2.
IKHLAS
Yaitu memurnikan niat didalam melakukan ibadah kepada
Alloh, semata-mata mencari ridhonya, menginginkan wajah-Nya, dan mengharapkan
pahala dari-Nya.
Firman Alloh:
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
“Maka
sembahlah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya”.(QS.az-Zumar [39]: 2)
Rosululloh
bersabda :”sesungguhnya Alloh tidak akan menerima amalan kecuali yang murni
untuk-Nya dan untuk mencari wajah-Nya.(HR.an-Nasai: 3142, dan dinyatakan oleh
syaikh Albani dalam shohih sunan an-Nasai 2/384: hasan shohih)
Maka setiap amalan yang dilakukan oleh seorang muslim haruslah
ikhlas karena Alloh semata, tidak tercampuri dengan noda-noda syirik
sedikitpun.Dan tidaklah akan bermanfaat sama sekali bagi seorang insan apabila
dia melakukan suatu amalan yang secara dhohir (nyata) terlihat sesuai dengan
syariat, namun batinnya (niat yang ada di dalam hatinya) dipalingkan kepada
selain Alloh.misalnya: melakukan ibadah karena ingin dilihat, didengar, dipuji,
dihormati, atau disanjung oleh manusia.
Dalam
sebuah hadits qudsi Alloh berfirman:
“Aku adalah yang paling tidak butuh
sekutu, barangsiapa yang mengamalkan suatu perbuatan, yang di dalamnya dia
menyekutukan-Ku dengan selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya.”
3. MUTABA’AH
Yaitu
mengikuti tuntunan yang dibawa oleh rosululloh.
Alloh berfirman:
مَا أَفَاءَ اللَّهُ
عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ
الأغْنِيَاءِ مِنْكُمْ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ
عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Apa yang diberikan Rosul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Alloh.
Sesungguhnya Alloh amat keras hukumannya”.(QS.al-Hasyr [59]: 7)
Rosululloh bersabda:
مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal tanpa ada dasarnya dari tuntunan
agama kami, maka amalnya tersebut ditolak (tidak diterima).(HR.Muslim: 1718)
Al-Imam Ibnu Rojab
al-Hanbali berkata:”hadits ini merupakan pokok yang agung diantara pokok-pokok
islam.dia merupakan timbangan terhadap lahiriyah seluruh amalan, sebagaimana
hadits:”seluruh amalan itu tergantung niatnya” yang merupakan timbangan
terhadap seluruh amalan secara batin.Seluruh amalan yang tidak diniatkan untuk
wajah Alloh, maka tidak ada pahala bagi orang yang mengamalkannya, demikian
pula halnya dengan seluruh amalan yang tidak berdasarkan perintah Alloh dan
rosul-Nya , maka amalan itu tertolak atas pelakunya.(Jami’ul Ulum wal Hikam:
176)
Wahai saudaraku, inilah
tiga syarat yang harus dipenuhi oleh seorang hamba agar amalan ibadah yang dia
lakukan diterima oleh Alloh.Adapun sebagian para ulama yang menyatakan bahwa syarat ditrimanya amal ibadah itu hanya
ada dua yakni ikhlas dan mutab’ah, hal ini tidaklah brtentangan dengan apa yang
telah kami kemukakan diatas, lantaran mereka menganggap bahwa syarat yang
pertama (beriman kepada Alloh dan mentauhidkanya, red) itu sudah termasuk dalam
kategori ikhlas.
Demikian pembahasan
singkat yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.dan
Semoga Alloh menjadikan amal ibadah yang kita lakukan senantiasa ikhlas semata-mata
karena-Nya dan sesuai dengan syari’at yang dibawa oleh rosululloh.Wollohu A’lam